Captain America : The Winter Soldier

 

 

Dua tahun setelah The Avengers menjadi hit di seluruh dunia dan menjadi salah satu film dengan pemasukan terbesar sepanjang sejarah film bergenre superhero, Captain America kembali ke layar lebar di 2014 ini. Dan kali ini, sang kapiten bertemu kembali dengan wajah-wajah lama yang menghantuinya.

 

Meneruskan kisahnya beradaptasi dengan dunia modern, sang kapiten berusaha menyibukkan diri dengan melanjutkan hidupnya dan cita-citanya untuk melayani dan membela negaranya. Seperti yang kite ketahui, setelah hampir 70 tahun terkubur di dalam es, Kapten meninggalkan berbagai karakter yang dekat di hatinya, seperti  Agent Carter, dan sohibnya Bucky Barnes.

 

Kini, setelah menjadi agen SHIELD, si cakep Steve Rogers yang jadi si Kapten mulai merasa nggak kerasan dengan apa yang dikerjainnya, apalagi setelah misi penyelamatan sandera di kapal SHIELD yang ternyata memiliki cerita yang dia nggak ketahui, padahal dia di situ barengan dengan Black Widow.

 

Kapten pun mulai bertanya-tanya, apakah bekerja di SHIELD sesuai dengan nuraninya yang tulus untuk membela kemerdekaan, kalo ternyata metode yang dikerjakannya malah membawa ketakutan terhadap masyarakat yang dibelanya.

 

 

Setelah penyerangan yang terjadi terhadap Nick Fury dan dirinya, Kapten kini harus bekerja dengan tim yang sesedikit mungkin, mengurai benang kusut yang ada di dalam SHIELD. Siapa teman? Siapa lawan? Siapa itu Winter Soldier? Dan berbagai macam pertanyaan yang muncul. Kapten kini harus memilih, sejauh apa harga yang harus dibayar dalam membela kebenaran.

 

Sedikit berbeda dengan film-film superhero lainnya, Captain America: The Winter Soldier kali ini berasa seperti espionage thriller a la Bourne Trilogy. Di sini kapten mesti mengasah otak dan metodenya dan nggak melulu mengandalkan otot dan strategi tempur semata.

 

Karakter-karakter yang baru diperkenalkan, seperti Sam Wilson/Falcon dan Alexander Pierce memiliki peran yang krusial di plot, dan karakter-karakter lama di film-film sebelumnya kembali lagi ke kehidupan Steve (favorit saya Agent Hill, still looking good as ever).

 

 

Film ini juga menjadi penanda akan segera berakhirnya Phase 2 yang berujung di Avengers: Age of Ultron tahun depan, di mana pemain-pemain lama sudah terbuka dan kembali lagi. Iron Man, Hulk, Thor, Captain America, Black Widow, dan Nick Fury sudah dipersiapkan ke arah itu (Hawkeye nggak ada nggak apa-apa, karakter nggak penting).

 

Bagi kamu pencinta genre superhero, film ini menawarkan sesuatu yang asik dan segar. Dialog-dialog humornya natural bikin kita nggak terlalu bikin jidat mengerut kebanyakan mikir, dan easter eggs nya cukup banyak untuk bikin Marvel Fanboy menjerit kegirangan.

 

Kesimpulannya KERENN….!!!

Sebuah Kepercayaan

Cinta itu sebenarnya sederhana, tapi kadang kitanya yang ribet.

 

Coba kamu pikirkan baik-baik kalimat di atas, bener nggak sih? Sekarang, untuk mendapatkan hati orang yang kita sayangi kayaknya sangat sulit ya, harus melalui berbagai macam tes.

 

Tes tersebut di antaranya adalah tes pendekatan, tes kecocokan, tes keseriusan, tes perjuangan, dan bla bla bla. Hampir kayak ujian militer, banyak macamnya. Kali ini,aku pengin menuliskan sebuah renungan untuk kamu-kamu renungkan. Baca baik-baik ya. Iyaaaa.

 

Aku sering banget mendengar keluhan dari beberapa orang yang lagi jatuh cinta. Mereka gelisah bagaimana cara memulainya, mereka merasa kesulitan untuk mendapatkan kepercayaan orang yang disayanginya sehingga banyak dari mereka yang berhenti sebelum memulai.

 

Untuk membangun sebuah hubungan tentunya kita harus melalui proses terlebih dahulu. Kenalan-pedekate-jadian, cuma ada tiga. Tapi sekarang dipersulit dengan tes-tes (dalam proses pendekatan) tersebut, dengan alih-alih ingin mendapatkan orang yang tepat.

 

“Gimana aku bisa tau dia orang yang tepat, kalo aku nggak liat usaha dia menunjukkannya.”

 

“Gimana aku bisa tau dia serius, kalo aku nggak liat usaha dia menunjukkannya.”

 

“Gimana aku bisa tau dia bukan PHP, kalo aku nggak liat usaha dia menunjukannya.”

 

Sebenarnya, kita terjebak dengan pola pikir usaha-dulu-baru-percaya. Zaman dulu, ketika Adam dan Hawa diturunkan, mereka percaya bahwa mereka adalah jodoh, kenapa? Ya karena mereka satu-satunya manusia di bumi Karena mereka ‘percaya’ dan nggak memikirkan prasangka buruk . Dan kenyataannya, kita lebih berfokus pada prasangka buruk, kita terlalu meribetkan prasangka tersebut sehingga mempersulit diri sendiri.

 

Kenapa sulit sekali untuk memberi sebuah kepercayaan untuk seseorang yang menyayangi kamu?

 

Sekali lagi, coba renungkan. Gimana orang yang menyayangi kamu pengin menunjukkan berbagai usahanya kalo kamu nggak percaya sama dia? Sekalipun dia menunjukkan usahanya terlebih dahulu, tapi kamu nggak memberi dia kepercayaan itu sama aja sia-sia.

 

Hati itu bukanlah sebuah barang yang bisa ditawar untuk dimiliki, tapi hati adalah sesuatu yang bisa dimiliki dengan kepercayaan.

 

“Kita jalanin aja dulu, ya.”

 

Entah dari mana asal kalimat singkat tersebut, tapi kalimat itu cukup ampuh untuk digunakan. Aku kadang suka nggak habis pikir, kenapa sebuah hubungan bisa dengan sebegitu mudahnya berjalan hanya dengan kalimat tersebut? Aku berpikir bahwa ternyata untuk memulai sebuah hubungan sebenarnya nggak ribet

 

Karena semua cara disederhanakan, nggak ada berbagai macam tes ribet yang harus dilalui.

 

Kalimat “Kita jalanin aja dulu, ya” menurut aku adalah ungkapan rasa percaya dengan cara yang sederhana untuk memulai hubungan dari kedua belah pihak, nggak perlu tes-tes tetek bengek. Toh, kita nggak bisa menakar sebuah hubungan yang baik itu berdasarkan kriteria. Kita nggak bisa melihat orang yang menyayangi kita itu cocok, serius, dan tepat kalo kita sendiri nggak percaya. Status hubungan hanyalah sebuah simbol kepercayaan dua hati yang menjadi satu.

 

Pada akhirnya, kepercayaan itu akan melahirkan kecocokan, keseriusan, harapan, dan perjuangan. Sekali pun akhirnya gagal, senggaknya kamu udah mencoba untuk menjalaninya, udah mencoba untuk memberi si dia kesempatan untuk menunjukkan perjuangannya, dan udah bersikap dewasa dengan nggak ribet.

 

 

Di sini,aku bukan pengin mengajak kamu-kamu untuk memulai hubungan dengan cara yang mudah, nggak perlulah kita memperumit keadaan, mempersulit diri. Jika kamu percaya cinta itu adalah sesuatu yang sederhana, maka mulailah dengan cara yang sederhana juga.

 

Nggak semua cowok itu brengsek, dan nggak semua cewek itu ribet.

 

Setiap orang mempunyai kekurangan? Kita –sebagai pasangan nantinya– seharusnya saling melengkapinya. Percayalah, rasa sayang itu bermula dari rasa percaya. Dan percayalah juga, kalo kamu percaya dia adalah orang yang baik, niscaya, hubungan kamu pun berkualitas baik.

 

 

Jika kamu sendiri sulit membuka pintu hati kamu untuk memberi kesempatan, seseorang yang tepat pun akan sulit memasukinya.

 

Silahkan direnungkan dan cobalah untuk percaya dengan orang yang sedang memperjuangkan kamu.

Selfie Kelingking

kelingking2

hari ini, Rabu, 9 April 2014, rakyat Indonesia yang mempunyai hak memilih, mengeksekusi haknya tersebut di berbagai tempat di seluruh Nusantara, melalui aktivitas pencoblosan di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Hari ini memang digendakan sebagai hari pemungutan suara untuk Pemilu Legislatif (Pileg) 2014.

Menariknya, sehubungan dengan momen ini, satu “trend” baru pun muncul di jejaring sosial, terutama yang terkait dengan foto-memoto diri sendiri yang selama ini populer dengan istilah selfie. Jenis selfie terbaru yang jadi trend pada hari ini tersebut adalah “selfie jari”, atau lebih tepatnya lagi “selfie kelingking”.

Yang dimaksud tentu saja adalah foto jari para pemilih yang sudah dicelup tinta pemilihan. pencelupan jari ke dalam tinta merupakan salah satu bagian dari tata cara pemungutan suara (pencoblosan), sebagai bukti bahwa seseorang itu telah selesai memberikan haknya.

Maka jadilah, di berbagai media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram dan sebagainya, pada hari ini bermunculan sejumlah besar foto-foto “selfie kelingking”. Ada yang tampak sendiri (satu orang), ada juga yang foto bersama. Ada yang kelingkingnya saja, ada pula yang beberapa jari, semisal dengan tiga jari ala salam metal.

Para pengguna jejaring sosial itu ada yang men-tweet atau mem-posting foto selfie-nya sekadar kepada teman dan saudara, untuk konsumsi umum, mengikuti request media atau akun tertentu, atau ada juga yang punya “tujuan khusus”.